Sabtu, 08 Juni 2013

The Primary Causes of Poverty

Globalization is now being the hottest issue in the world wide while poverty is being the hottest global problem that seems to be unsolved. People, nowadays, do not live in the ancient era in which money is not the main necessity to support their life. They are now living in the globalization era which probably has them force their mind to think of earning money more. They cannot even deny that money can guarantee them to live easier. People, therefore, believe that being poor in the globalization era must be a nightmare for them. As the fact we see recently, some people live their life easily with their tons of wealth while some others keep suffering from poverty. It seems to be unbelievable issue; nevertheless it is truly happening around us even now. Consequently, it is important that people know the primary causes of poverty. Two aspects of its primary causes are, recently, urgent to be discussed; they are internal aspects and external aspects.

Senin, 03 Juni 2013

The Keynote Elements for Students’ Progress in English Department of UNISMA


In the education point of view, globalization is clearly believed as the basic measurement of how educators are obligated to educate and facilitate their students. Their educating method and materials are --let’s say-- almost totally influencing the students’ ability to compete with thousands of well-educated people in the world wide, recently. Students are challenged to master English in which it is recognized as the international language. By this case, the writer, therefore, try to analyze briefly whether or not Malang Islamic University (UNISMA), exactly English Department of Faculty of Teacher Training and Education is qualified enough to facilitate and educate students for the global challenges.

Sabtu, 08 September 2012

Sekali Saja


Sekali saja, indahkan aku. Beri aku kesempatan. Ingin cicipi rasa itu. Ingin disanjung percaya. Ingin dirasa bisa. Ingin ungkapkan pinta. Ingin segala yang tak padaku. 
Terbata. Tak kunjung bicara. Bisu saja yang kubisa. Takut saja yang kurasa.
Sekali saja, hidupkan aku. Jangan lagi biarkan aku hilang. Jangan lagi tinggalkanku pincang. 
Asal kau tau. Aku juga ingin seperti mereka. Tak pernah terbata. Tak sungkan maminta. Namun aku tak kunjung bisa. 

Selasa, 21 Agustus 2012

Tawa Tangis Tua

Heran.. Miris..
Pada tiap garis tak lurus di kiri kanan wajah, kisah itu bermula dan berakhir.
Serasi dengan keriput, kisah itu berlipat tak pula lurus.
Tetap saja sempat si raut runcingkan ujung bibir, pun pamerkan rentetan gigi yang hilang satu dua.
Lalu guna apa runcingan bibir, jika mata inginkan redup hingga air hujani keriput.?

Kamis, 16 Agustus 2012

AKU

AKU adalah cinta, menadah pilu tak pernah dicinta.
AKU adalah rindu, waktu pun tak luangkan sudi sekedar merindu.
AKU adalah arti, hanya masih bergeming tak berarti.
AKU adalah irama, terlalu bising bagi pelengkap melodi berirama.
AKU adalah mimpi, berandai pada malam tapi tak kunjung diimpikan.
AKU adalah suara, terjebak pada dinding kedap sampai tak bersua.

Rabu, 27 Juni 2012

Glad to tell you what I feel inside..

The memories just came along and stared at me, seemed they live in hope of me to pick them up..
Beberapa minggu lalu; entah aku lupa jam berapa itu. Seingatku matahari belum sempurna memaku di jidadku saat tak sengaja kutemukan “box lusuh” berlebel “Mie Sedaap” di kolong ranjangku. Ku buka, kutumpahkan isinya. “Hmm.. ternyata mereka masih disini”, batinku. Sejenak, aku terpaku. Heran. Sobekan kertas-kertas SIDU, coretan dibalik absensi kelas, wax papers, daun- daun kering, dan entah kertas-kertas apa lagi itu namanya.

Sabtu, 14 April 2012

Ada-Ada Saja..

Bak tebing terjal yg sulit tuk didaki..
Aku juga ingin ada di atas..
Akan dengan bangganya meneriakkan namaku -yang agak sedikit pendek  ini-..
Semua alat sudah aku siapkan untuk menaklukkan medan yang curamnya minta ampun itu..
Peta sudah ku beli, kompas pun aku pinjam dari temanku.. namun sayangnya.. tali tebing yang aku dapat dari tong sampah tetangga ini, nampaknya kurang bersahabat..
Lusuh.. rapuh.. bau pula..

Jumat, 06 April 2012

Siapa yang salah ?

“Nduk, jangan sering-sering makan daging, hawatir daging gelonggongan”. Nenekku selalu saja sewot tiap aku akan kembali -ke kota orang-..
“Nasi goreng kaki lima juga ndak baik, El.. banyak mecinnya”. Kali ini saudaraku juga menimpali argumen nenekku..
“Tuh liat di TV, banyak mie godok dicampur melamin”. Kayaknya bapak ndak mau kalah saing deeh..
“Bukan Cuma mie godok, tapi bakso  dan makanan cepat lainnya juga banyak yang mengandung melamin”. Hemmff.. Akhirnya ibu juga angkat bicara..

Selasa, 27 Maret 2012

Aku, Jemari, dan Kisahku..

Begini..
Aku hanya ingin menulis apa yang ingin ku tulis  pagi ini..
Mencoba mengulang apa yang pernah hilang..
Walau dasarnya aku tak paham mengapa sekarang aku begini..

Dan intinya pun aku tak mengerti apa yang menyebabkan aku bagini..
Heeemmm..
Ku rasa.. semua terlalu sulit untuk aku ungkapkan..

Rabu, 17 Agustus 2011

Teruntuk si Merah Putih..

66 tahun berlalu
Mengira bahwa Negeri ini tlah lolos dari tangan kejam nun tajam

66 tahun berlalu
Layaknya Negeri ini bebas dari komplotan pencuri hak rakyat

66 tahun berlalu
Segalanya serasa tak lagi berpeluh semangat tuk saling membangun Negeri

Kamis, 14 April 2011

Orok..

Aku adalah gumpalan orok merah menjijikkan.
Mengembun bau anyir tak bernyawa.
Hidupku, hanyalah nadi lemah tak berdetak.
Aku adalah mati atau hidup.
Sembunyi pada darah merah menghitam.
Kental, busuk, serat akan kelam.
Aku tak tahu.. mati atau hidupkah aku.
Yang kutahu..
Aku hanyalah orok merah menjijikkan.

Senin, 11 April 2011

Si Payah..!!

Aku payah.
Benar-benar payah.
Sebenarnya apa maksud arah panah?
Hanya selalu membuat aku gundah.
Menuntun aku bak kepingan ayah.
Ah.. parah!!!

Aku tak mau diri luluh.
Hanya aku yang dituduh.
Padahal aku ada untuk menuduh.

Selasa, 24 November 2009

Kukisahkan PadaNya..

Wahai pencipta jiwa dan raga..
Rapuhnya insanMu seakan tak dapat diungkap dengan lara.
Rasa tak kembali membendung linang.
Mengubur jiwa yang lalu.
Rindu mungkin teraba namun tak terasa.
Seakan jiwa tersesat dalam dua arah memudar.
Hanya satu tanyaku tak terjawab.
Merelung dalam sayatan jiwa.
Tanya yang tak bernyawa, namun sanggup luapkan bara.

Selasa, 04 Agustus 2009

Tangan Itu..

Suatu pagi, aku berjalan kaki mencari arah.
Lantas, aku terjatuh di atas kerikil tajam.
Tumitku perih, tanganku basah akan darah.
Aku mengutuk diriku karena tak sanggup untuk berdiri.
Mataku berkaca-kaca, tak kuat menahan sakit.

Hingga, aku terkejut.
Seutas tangan terjulur ikhlas di hadapanku, seakan menunggu untuk kugapai dengan tanganku yang berlumur darah.

Jumat, 17 Juli 2009

Masih Kurasa..

SetiaMu dalam aku, meratakan jiwa yang tak kenal malu.
Berpura agar tegar namun tak mampu.
Padahal semua kusadari. Aku hidup karena dicintaiMu.
Aku tak mengerti lagi.. berapa arah yang harus kutapaki.
Bingung.. tak pernah sadar apa yang harus dan telah kulakukan.

CintaMu, masih selalu kurasakan.
Seakan tak pernah ada sesal telah menciptaku.
Syukur aku Kau cintai.

Rabu, 09 Juni 1993

(Autobiography) All about Me, Laili Nurilliya..

                  On 9 June 1993, I was born safely in Kotaanyar, a sub-district in Probolinggo, East Java. My parents, Suradi and Minarsih named me with a beautiful name. It was “Ela Nurul Qomariyah”. I grew in a happy family with my father as a teacher and my mother as a union officer.
                  At the age of five, I was diagnosed with typhus. My family was surprised as I was cheerful and hyperactive child. But then, my grandmother decided to change my name to be “Laili Nurilliya”. It was an ancient belief that a name could change one’s destiny.
My Balcony