Globalization
is now being the hottest issue in the world wide while poverty is being the
hottest global problem that seems to be unsolved. People, nowadays, do not live
in the ancient era in which money is not the main necessity to support their
life. They are now living in the globalization era which probably has them
force their mind to think of earning money more. They cannot even deny that
money can guarantee them to live easier. People, therefore, believe that being
poor in the globalization era must be a nightmare for them. As the fact we see
recently, some people live their life easily with their tons of wealth while
some others keep suffering from poverty. It seems to be unbelievable issue;
nevertheless it is truly happening around us even now. Consequently, it is
important that people know the primary causes of poverty. Two aspects of its primary
causes are, recently, urgent to be discussed; they are internal aspects and
external aspects.
LET ME SAY...!!!
Sometimes, I get my mouth closed when it's important for me to talk . So let me just write about what I deeply feel, rather than I force my mouth to talk about it.
Sabtu, 08 Juni 2013
Senin, 03 Juni 2013
The Keynote Elements for Students’ Progress in English Department of UNISMA
In the
education point of view, globalization is clearly believed as the basic measurement
of how educators are obligated to educate and facilitate their students. Their
educating method and materials are --let’s say-- almost totally influencing the
students’ ability to compete with thousands of well-educated people in the
world wide, recently. Students are challenged to master English in which it is
recognized as the international language. By this case, the writer, therefore,
try to analyze briefly whether or not Malang Islamic University (UNISMA),
exactly English Department of Faculty of Teacher Training and Education is
qualified enough to facilitate and educate students for the global challenges.
Sabtu, 08 September 2012
Sekali Saja
Sekali saja, indahkan aku. Beri aku
kesempatan. Ingin cicipi rasa itu. Ingin disanjung percaya. Ingin dirasa bisa.
Ingin ungkapkan pinta. Ingin segala yang tak padaku.
Terbata. Tak kunjung bicara. Bisu
saja yang kubisa. Takut saja yang kurasa.
Sekali saja, hidupkan aku. Jangan
lagi biarkan aku hilang. Jangan lagi tinggalkanku pincang.
Asal kau tau. Aku juga ingin seperti
mereka. Tak pernah terbata. Tak sungkan maminta. Namun aku tak kunjung bisa.
Selasa, 21 Agustus 2012
Tawa Tangis Tua
Pada tiap garis tak lurus di kiri kanan wajah, kisah itu bermula
dan berakhir.
Serasi dengan keriput, kisah itu berlipat tak pula lurus.
Tetap saja sempat si raut runcingkan ujung bibir, pun pamerkan
rentetan gigi yang hilang satu dua.
Lalu guna apa runcingan bibir, jika mata inginkan redup hingga air
hujani keriput.?
Kamis, 16 Agustus 2012
AKU
AKU adalah rindu, waktu pun tak luangkan sudi sekedar merindu.
AKU adalah arti, hanya masih bergeming tak berarti.
AKU adalah irama, terlalu bising bagi pelengkap melodi berirama.
AKU adalah mimpi, berandai pada malam tapi tak kunjung diimpikan.
AKU adalah suara, terjebak pada dinding kedap sampai tak bersua.
Rabu, 27 Juni 2012
Glad to tell you what I feel inside..
The
memories just came along and stared at me, seemed they live in hope of me to
pick them up..
Beberapa minggu lalu; entah aku lupa jam
berapa itu. Seingatku matahari belum sempurna memaku di jidadku saat tak
sengaja kutemukan “box lusuh” berlebel “Mie Sedaap” di kolong ranjangku. Ku
buka, kutumpahkan isinya. “Hmm.. ternyata mereka masih disini”, batinku. Sejenak, aku terpaku. Heran. Sobekan kertas-kertas SIDU, coretan dibalik
absensi kelas, wax papers, daun- daun kering, dan entah kertas-kertas apa lagi
itu namanya.
Sabtu, 14 April 2012
Ada-Ada Saja..
Aku
juga ingin ada di atas..
Akan
dengan bangganya meneriakkan namaku -yang agak sedikit pendek ini-..
Semua
alat sudah aku siapkan untuk menaklukkan medan yang curamnya minta ampun itu..
Peta
sudah ku beli, kompas pun aku pinjam dari temanku.. namun sayangnya.. tali
tebing yang aku dapat dari tong sampah tetangga ini, nampaknya kurang
bersahabat..
Lusuh..
rapuh.. bau pula..
Jumat, 06 April 2012
Siapa yang salah ?
“Nasi
goreng kaki lima juga ndak baik, El.. banyak mecinnya”. Kali ini saudaraku juga menimpali argumen nenekku..
“Tuh
liat di TV, banyak mie godok dicampur melamin”. Kayaknya bapak ndak mau kalah
saing deeh..
“Bukan
Cuma mie godok, tapi bakso dan makanan
cepat lainnya juga banyak yang mengandung melamin”. Hemmff.. Akhirnya ibu juga
angkat bicara..
Selasa, 27 Maret 2012
Aku, Jemari, dan Kisahku..
Aku
hanya ingin menulis apa yang ingin ku tulis
pagi ini..
Mencoba
mengulang apa yang pernah hilang..
Walau
dasarnya aku tak paham mengapa sekarang aku begini..
Dan intinya
pun aku tak mengerti apa yang menyebabkan aku bagini..
Heeemmm..
Ku
rasa.. semua terlalu sulit untuk aku ungkapkan..
Rabu, 17 Agustus 2011
Teruntuk si Merah Putih..
Mengira
bahwa Negeri ini tlah lolos dari tangan kejam nun tajam
66
tahun berlalu
Layaknya
Negeri ini bebas dari komplotan pencuri hak rakyat
66
tahun berlalu
Segalanya
serasa tak lagi berpeluh semangat tuk saling membangun Negeri
Kamis, 14 April 2011
Orok..
Mengembun
bau anyir tak bernyawa.
Hidupku,
hanyalah nadi lemah tak berdetak.
Aku
adalah mati atau hidup.
Sembunyi pada darah merah menghitam.
Kental,
busuk, serat akan kelam.
Aku
tak tahu.. mati atau hidupkah aku.
Yang
kutahu..
Aku
hanyalah orok merah menjijikkan.
Senin, 11 April 2011
Si Payah..!!
Benar-benar
payah.
Sebenarnya
apa maksud arah panah?
Hanya
selalu membuat aku gundah.
Menuntun
aku bak kepingan ayah.
Ah..
parah!!!
Aku
tak mau diri luluh.
Hanya
aku yang dituduh.
Padahal
aku ada untuk menuduh.
Kamis, 03 Februari 2011
Presented to Complete my Final Project of Advanced Level (Foreign Language Development Institution 2011)
INDONESIAN CULTURE REQUIRES A PATENT TO OBTAIN INTERNATIONAL RECOGNITION
Selasa, 24 November 2009
Kukisahkan PadaNya..
Wahai pencipta
jiwa dan raga..
Rapuhnya insanMu
seakan tak dapat diungkap dengan lara.
Rasa tak kembali
membendung linang.
Mengubur jiwa
yang lalu.
Rindu mungkin
teraba namun tak terasa.
Seakan jiwa
tersesat dalam dua arah memudar.
Hanya satu
tanyaku tak terjawab.
Merelung dalam
sayatan jiwa.
Tanya yang tak
bernyawa, namun sanggup luapkan bara.
Selasa, 04 Agustus 2009
Tangan Itu..
Lantas,
aku terjatuh di atas kerikil tajam.
Tumitku
perih, tanganku basah akan darah.
Aku
mengutuk diriku karena tak sanggup untuk berdiri.
Mataku
berkaca-kaca, tak kuat menahan sakit.
Hingga,
aku terkejut.
Seutas
tangan terjulur ikhlas di hadapanku, seakan menunggu untuk kugapai dengan
tanganku yang berlumur darah.
Jumat, 17 Juli 2009
Masih Kurasa..
Berpura
agar tegar namun tak mampu.
Padahal
semua kusadari. Aku hidup karena dicintaiMu.
Aku
tak mengerti lagi.. berapa arah yang harus kutapaki.
Bingung..
tak pernah sadar apa yang harus dan telah kulakukan.
CintaMu,
masih selalu kurasakan.
Seakan
tak pernah ada sesal telah menciptaku.
Syukur
aku Kau cintai.
Rabu, 09 Juni 1993
(Autobiography) All about Me, Laili Nurilliya..
On 9 June 1993, I was born
safely in Kotaanyar, a sub-district in Probolinggo, East Java. My parents,
Suradi and Minarsih named me with a beautiful name. It was “Ela Nurul
Qomariyah”. I grew in a happy family with my father as a teacher and my mother
as a union officer.
At the age of five, I was
diagnosed with typhus. My family was surprised as I was cheerful and
hyperactive child. But then, my grandmother decided to change my name to be “Laili
Nurilliya”. It was an ancient belief that a name could change one’s destiny.
Langganan:
Postingan (Atom)